Dari  beberapa hal, bagusnya kinerja penerbang dalam  sebuah penerbangan  bergantung pada kemampuan untuk merencanakan dan  berkordinasi dengan  penggunaan tenaga (power) dan kendali pesawat untuk  mengubah gaya dari  gaya dorong (thrust), gaya tahan (drag), gaya angkat  (lift) dan berat  pesawat (weight). Keseimbangan dari gaya-gaya  tersebutlah yang harus  dikendalikan oleh penerbang.  Makin baik  pemahaman dari gaya-gaya dan  cara mengendalikannya, makin baik pula  ketrampilan seorang penerbang.
Berikut   ini hal-hal yang mendefinisikan gaya-gaya tersebut dalam sebuah   penerbangan yang lurus dan datar, tidak berakselerasi (stright and   level, unaccelerated).  
Thrust,  adalah gaya dorong, yang  dihasilkan oleh mesin  (powerplant)/baling-baling. Gaya ini kebalikan  dari gaya tahan (drag).  Sebagai aturan umum, thrust beraksi paralel  dengan sumbu longitudinal.  Tapi sebenarnya hal ini tidak selalu terjadi,  seperti yang akan  dijelaskan kemudian.
Drag,   adalah gaya ke belakang, menarik mundur, dan disebabkan oleh gangguan   aliran udara oleh sayap, fuselage, dan objek-objek lain. Drag kebalikan   dari thrust, dan beraksi kebelakang paralel dengan arah angin relatif   (relative wind).
Weight,  gaya  berat adalah kombinasi berat dari muatan pesawat itu sendiri,  awak  pesawat, bahan bakar, dan kargo atau bagasi. Weight menarik  pesawat ke  bawah karena gaya gravitasi. Weight melawan lift (gaya  angkat) dan  beraksi secara vertikal ke bawah melalui center of gravity  dari pesawat.
Lift,   (gaya angkat) melawan gaya dari weight, dan dihasilkan oleh efek   dinamis dari udara yang beraksi di sayap, dan beraksi tegak lurus pada   arah penerbangan melalui center of lift dari sayap.
Pada   penerbangan yang stabil, jumlah dari gaya yang saling berlawanan  adalah  sama dengan nol. Tidak akan ada ketidakseimbangan dalam  penerbangan  yang stabil dan lurus (Hukum ketiga Newton). Hal ini  berlaku pada  penerbangan yang mendatar atau mendaki atau menurun.
Hal  ini tidak sama dengan  mengatakan seluruh keempat gaya adalah sama.  Secara sederhana semua gaya  yang berlawanan adalah sama besar dan  membatalkan efek dari  masing-masing gaya. Seringkali hubungan antara  keempat gaya ini  diterangkan dengan salah atau digambarkan dengan  sedemikian rupa  sehingga menjadi kurang jelas.  
Pada dasarnya ini adalah pernyataan yang benar yang harus benar-benar dimengerti atau akan memberi pengertian yang menyesatkan.
Harus   dimengerti bahwa dalam penerbangan yang lurus dan mendatar (straight   and level),-tidak berakselerasi-, adalah benar gaya lift/weight yang   saling berlawanan adalah sama, tapi kedua gaya itu juga lebih besar dari   gaya berlawanan thrust/drag yang juga sama nilainya diantara keduanya,   bukan dibandingkan dengan lift/weight. Untuk kebenarannya, harus   dikatakan bahwa dalam keadaan stabil (steady):
- Jumlah gaya ke atas (tidak hanya lift) sama dengan jumlah gaya ke bawah (tidak hanya weight)
 - Jumlah gaya dorong (tidak hanya thrust) sama dengan jumlah gaya ke belakang (tidak hanya drag)
 
Perbaikan  dari  rumus lama yang mengatakan “thrust sama dengan drag dan lift sama   dengan weight” ini juga mempertimbangkan fakta bahwa dalam climb/terbang   mendaki, sebagian gaya thrust juga diarahkan ke atas, beraksi seperti   gaya lift, dan sebagian gaya weight, karena arahnya yang ke belakang   juga beraksi sebagai drag. Pada waktu melayang turun (glide) sebagian   vektor gaya weight diarahkan ke depan, beraksi seperti gaya thrust.   Dengan kata lain, jika kapan pun arah pesawat tidak horisontal maka   lift, weight, thrust dan drag akan terbagi menjadi dua komponen. 
Dalam kenyataannya mempertimbangkan hanya terbang datar/level flight, dan mendaki secara normal dan meluncur dengan mantap/steady, tetaplah benar bahwa gaya angkat sayap adalah gaya ke atas yang penting, dan berat/weight adalah gaya ke bawah yang sangat penting.
Seringnya,   kesulitan yang dihadapi pada saat menerangkan gaya yang bekerja pada   pesawat udara adalah masalah bahasa dan artinya. Contohnya, penerbang   telah lama mempercayai bahwa pesawat mendaki karena kelebihan gaya   angkat (excess lift). Hal ini tidak benar jika seseorang hanya   memikirkan hubungannya dengan sayap saja. Tapi bagaimanapun hal ini   benar, jika gaya angkat adalah penjumlahan total dari semua “gaya ke   atas”. Tetapi ketika merujuk ke “gaya angkat dari thrust” definisi yang   sebelumnya telah dibuat untuk gaya-gaya ini tidak berlaku lagi dan   membuat lebih sulit. Hal yang tidak tepat dalam bahasa ini telah menjadi   alasan untuk menggunakannya sebagai argumen, terutama dalam sektor   akademik, bukannya untuk membuatnya lebih mudah sebagai penjelasan pada   prinsip-prinsip dasar penerbangan.


 
 
    
THRUST
Sebelum  pesawat mulai bergerak, thrust harus digunakan. Pesawat akan tetap  bergerak dan bertambah kecepatannya sampai thrust dan drag menjadi sama  besar. Untuk menjaga kecepatan yang tetap maka thrust dan drag harus  tetap sama, seperti halnya lift dan weight harus sama untuk  mempertahankan ketinggian yang tetap dari pesawat. Jika dalam  penerbangan yang datar (level), gaya thrust dikurangi, maka pesawat akan  melambat. Selama thrust lebih kecil dari drag, maka pesawat akan terus  melambat sampai kecepatan pesawat (airspeed) tidak sanggup lagi menahan  pesawat di udara. Sebaliknya jika tenaga mesin ditambah, thrust akan  menjadi lebih besar dari drag, pesawat terus menambah kecepatannya.  Ketika drag sama dengan thrust, pesawat akan terbang dengan kecepatan  yang tetap.
Terbang straight dan level (lurus dan  datar) dapat dipertahankan mulai dari terbang dengan kecepatan rendah  sampai dengan kecepatan tinggi. Penerbang harus mengatur angle of attack  dan thrust dalam semua jangkauan kecepatan (speed regim) jika pesawat  harus ditahan di ketinggian tertentu (level flight).
Secara  kasar jangkauan kecepatan ini dapat dikelompokkan dalam 3 daerah  (regim), kecepatan rendah (low-speed), menjelajah (cruising flight), dan  kecepatan tinggi (high-speed).  
Angle of attack  haruslah cukup tinggi untuk menambah gaya angkat ketika kecepatannya  rendah jika keseimbangan antara gaya angkat dan gaya berat harus  dipertahankan. Gambar di bawah. Jika thrust  dikurangi dan kecepatan berkurang maka gaya angkat akan lebih kecil dari  berat/weight dan pesawat akan mulai turun dari ketinggiannya. Untuk  menjaga ketinggian penerbang dapat menambah angle of attack sebesar yang  diperlukan untuk menghasilkan gaya angkat yang sama dengan berat/weight  dari pesawat, dan waktu pesawat mulai terbang lebih lambat pesawat akan  mempertahankan ketinggiannya jika penerbang memberikan thrust dan angle  of attack yang sesuai. 
Ada keadaan menarik dalam  penerbangan straight & level dalam kecepatan rendah,-relatif  terhadap equilibrium gaya-gaya-, dengan keadaan hidung pesawat yang  lebih tinggi, ada komponen vertikal dari thrust yang membantu mendukung  pesawat. Untuk satu hal, beban di sayap cenderung untuk kurang dari yang  diperkirakan. Kebanyakan penerbang akan mengetahui pesawat akan stall,  -jika keadaan gaya yang lain adalah sama-, pada saat kecepatannya  menjadi lebih rendah biarpun dengan power on (tenaga mesin) dibandingkan  dengan power off (tenaga mesin idle)(Aliran udara melalui sayap dari  baling-baling juga membantu). Bagaimanapun jika analisa kita hanya  dibatasi dengan 4 gaya  pada definisi umum yang “biasa”, seseorang bisa  mengatakan bahwa pada straight  & level slow speed, thrust adalah  sama dengan drag dan lift sama dengan weight.
Pada  waktu straight & level flight ketika thrust ditambahkan dan  kecepatan bertambah, maka angle of attack harus dikurangi. Karena itu,  jika perubahan dilakukan dengan kordinasi yang benar, maka pesawat akan  tetap berada di ketinggian yang sama, tapi dengan kecepatan yang lebih  besar jika hubungan antara thrust dan angle of attack disesuaikan. Jika  angle of attack tidak disesuaikan (dikurangi) dengan pertambahan thrust  maka pesawat akan mendaki (climb). Tapi dengan mengurangi angle of  attack, lift berubah, membuatnya sama dengan weight, dan jika dikerjakan  dengan benar maka pesawat akan tetap dalam level flight (tidak mengubah  ketinggian). Penerbangan yang datar (level flight) dengan sudut angle  of attack yang sedikit negatif adalah mungkin dalam kecepatan yang  sangat tinggi. Ini buktinya, bahwa level flight dapat dilakukan dengan  berapa pun angle of attack di antara sudut stall dan sudut yang relatif  negatif pada kecepatan yang sangat tinggi.
 DRAG
Drag atau hambatan dalam penerbangan terdiri dari dua jenis: parasite drag dan induced drag.  Yang pertama disebut parasite drag karena tidak ada fungsinya sama  sekali untuk membantu pesawat untuk dapat terbang, sedangkan yang kedua  disebut induced karena dihasilkan atau terbuat dari hasil kerja sayap  yang membuat gaya angkat (lift). Parasite drag sendiri terdiri dari dua komponen 
- form drag, yang terjadi karena gangguan pada aliran udara melalui badan pesawat, dan
 - skin friction, hambatan dari gesekan dengan kulit pesawat.
 
Dari  kedua jenis parasite drag, form drag adalah yang paling mudah untuk  dikurangi pada waktu merancang sebuah pesawat.  Secara umum, makin  streamline bentuk pesawat maka akan menghasilkan bentuk yang mengurangi  parasite drag. Skin friction adalah jenis  parasite drag yang paling sullit untuk dikurangi. Tidak ada permukaan  yang halus secara sempurna. Bahkan permukaan yang dibuat dengan mesin  pada waktu diperiksa menggunakan alat/kaca pembesar, mempunyai permukaan  kasar yang tidak rata. Permukaan yang kasar ini akan membelokkan aliran  streamline udara pada permukaan, menghasilkan hamatan pada aliran yang  lancar. Skin friction ini bisa dikurangi dengan memakai cat/finish  glossy yang rata dan mengurangi kepala rivet yang menyembul keluar,  permukaan yang kasar dan tidak rata. 
Ada satu  lagi elemen yang harus ditambahkan pada waktu membahas tentang parasite  drag waktu merancang pesawat. Parasite drag menggabungkan efek dari form  drag dan skin friction. Gabungan ini disebut interference drag.  Jika dua benda diletakkan bersebelahan, maka turbulensi yang terjadi  bisa mencapai 50-200 persen lebih besar dibandingkan jika kedua benda  tersebut ditest secara terpisah.
Tiga  elemen ini, form drag, skin friction dan interference drag semua  dihitung untuk menentukan parasite drag pada sebuah pesawat.  
Bentuk  sebuah objek adalah faktor yang penting dalam parasite drag. Juga,  Indicated Airspeed (kecepatan yang ditunjukkan oleh indikator) adalah  sama pentingnya ketika kita berbicara tentang parasite drag.  
Drag  pada sebuah objek yang berdiri pada posisi yang tetap, relatif terhadap  aliran udara yang diberikan, akan bertambah secara kuadrat dari  kecepatan udaranya. Menambah kecepatan dua kali akan menambah drag empat  kali, menambah kecepatan tiga kali akan menambah drag sembilan kali.  Hubungan ini hanya berlaku pada kecepatan subsonik, di bawah kecepatan  suara. Pada kecepatan yang sangat tinggi, rasio profil drag yang  biasanya bertambah sejalan dengan pertambahan kecepatan, ternyata akan  bertambah dengan lebih cepat lagi. Jenis  dasar kedua dari drag adalah induced drag. Seperti kita ketahui dalam  fisika bahwa tidak ada sistem mekanik yang bisa 100 persen efisien.  Maksudnya, apapun bentuknya dari sebuah sistem, maka sebuah usaha akan  memerlukan usaha tambahan yang akan diserap atau hilang dalam sistem  tersebut. Makin efisien sebuah sistem, makin sedikit kehilangan usaha  ini.   
Sifat  aerodinamik sayap dalam penerbangan yang datar menghasilkan gaya angkat  yang dibutuhkan, tapi ini hanya bisa didapat dengan beberapa penalti  yang harus dibayar, yaitu induced drag. Induced drag pasti ada ketika  sayap menghasilkan gaya angkat dan faktanya jenis drag ini tidak bisa  dipisahkan dari produksi gaya angkat. Konsekwensinya, drag ini selalu  muncul pada saat gaya angkat dihasilkan. Sayap pesawat menghasilkan gaya  angkat dengan menggunakan energi dari aliran udara bebas. Ketika  menghasilkan gaya angkat, tekanan di permukaan bawah sayap lebih besar  dari di permukaan atas. Hasilnya udara akan cenderung untuk mengalir  dari dari daerah tekanan tinggi dari ujung sayap (wingtip) ke tengah  kepada daerah tekanan rendah di atas sayap. Di sekitar ujung sayap ada  kecenderungan tekanan-tekanan ini untuk menjadi seimbang, sama kuat,  menghasilkan aliran lateral keluar dari bagian bawah ke bagian atas  sayap. Aliran lateral ini membuat kecepatan yang berputar ke udara di  ujung sayap dan mengalir ke belakang sayap. Maka aliran di sekitar ujung  sayap akan berbentuk dua vortex yang mengalir (trailing) di belakang  pada waktu sayap bergerak maju.  
Ketika pesawat  dilihat dari ekornya, votex-vortex ini akan bersirkulasi kebalikan arah  jarum jam di sekitar ujung sayap kanan dan searah jarum jam di ujung  sayap kiri. Harus diingat arah dari putaran  vortex-vortex ini yang bisa dilihat bahwa mereka menghasilkan aliran  udara ke atas setelah melewati ujung sayap, dan aliran udara ke bawah di  belakang trailing edge dari sayap. Aliran udara ke bawah ini sama  sekali tidak dibutuhkan untuk menghasilkan gaya angkat. Inilah sumber  induced drag. Makin besar ukuran dan kekuatan vortex-vortex ini dan pada  gilirannya komponen aliran udara ke bawah dari aliran udara yang  melewati sayap, makin besar efek dari induced drag. Aliran udara ke  bawah di atas ujung sayap ini mempunyai efek yang sama dengan  membelokkan vektor gaya angkat ke belakang; karena itu gaya angkat akan  agak berbelok ke belakang sejajar dengan arah udara (relatif wind) dan  menghasilkan komponen lift yang arahnya ke belakang. Inilah induced  drag. 
Juga harus  diingat untuk membuat tekanan negatif yang lebih besar di atas sayap,  ujung depan sayap dapat diangkat untuk mendapatkan angle of attack yang  lebih besar. Juga jika sebuah sayap yang asimetri mempunyai angle of  attack nol, maka tidak akan ada perbedaan tekanan dan tidak ada aliran  udara ke bawah, maka tidak ada induced drag. Pada kasus apapun, jika  angle of attack bertambah maka induced drag akan bertambah secara  proporsional.  
Cara  lain untuk menyatakan hal ini, makin kecil kecepatan pesawat makin  besar angle of attack yang dibutuhkan untuk menghasilkan gaya angkat  yang sama dengan berat pesawat dan konsekwensinya makin besar induced  drag ini.  Besarnya induced drag ini bervariasi berbanding terbalik  dengan kuadrat kecepatan pesawat.   
Dari  diskusi ini, dapat diketahui parasite drag bertambah sebanding dengan  kecepatan kuadrat, dan induced drag bervariasi berbanding terbalik  dengan kuadrat kecepatan pesawat. Dapat dilihat pula bahwa jika  kecepatan berkurang mendekati kecepatan stall, total drag akan menjadi  besar sekali karena induced drag naik secara tajam.  Sama juga bila  pesawat mendekati kecepatan maksimumnya, total drag akan menjadi besar  karena parasite drag naik secara tajam. Seperti pada gambar berikut,  pada beberapa kecepatan total drag menjadi maksimum. Hal ini sangat  penting untuk mendapatkan maksimum ketahanan dan jarak tempuh pesawat  udara. Pada saat drag pada besaran minimumnya, tenaga yang dibutuhkan  untuk melawan drag juga minimum.  
Untuk  mengerti efek dari lift dan drag di sebuah pesawat udara pada sebuah  penerbangan keduanya harus digabungkan dan rasio lift/drag harus  diperhatikan. Dengan data-data lift dan drag  yang tersedia pada bermacam-macam kecepatan pada saat pesawat terbang  datar dan tidak berakselerasi, proporsi CL (Coefficient of Lift) dan CD  (Coefficient of Drag) dapat dihitung pada setiap angle of attack  tertentu. Hasil plotting untuk rasio lift/drag (L/D) pada angle of  attack tertentu menunjukkan bahwa L/D bertambah  ke maksimum kemudian  berkurang pada koefisien lift dan angle of attack yang lebih besar  seperti terlihat pada gambar. Perhatikan bahwa maksimum rasio lift/drag  (L/D max) terjadi pada angle of attack dan koefisien yang tertentu. Jika  pesawat beroperasi pada penerbangan yang stabil pada L/D max, maka  total drag adalah minimum. Angle of attack apapun yang lebih kecil atau  lebih besar dari yang ada di L/D max akan mengurangi rasio lift/drag dan  konsekwensinya menambah total drag dari gaya angkat yang diberikan pada  pesawat.
Lokasi  dari center of gravity (CG) ditentukan oleh rancangan umum pada  masing-masing jenis pesawat. Perancang pesawat menentukan sejauh apa  center of pressure (CP) akan bergerak. Kemudian mereka akan menentukan  center of gravity di depan center of pressure (CP) untuk kecepatan  penerbangan yang terkait untuk membuat momen yang cukup untuk  mempertahankan equilibrium penerbangan. Konfigurasi dari pesawat juga  mempunyai efek yang besar pada rasio lift/drag. Sebuah pesawat layang  dengan kinerja yang tinggi mungkin mempunyai rasio lift/drag yang sangat  besar. Pesawat tempur supersonik mungkin punya lift/drag yang kecil  pada penerbangan subsonik tapi yang menyebabkan hal ini adalah  konfigurasi pesawat yang dibutuhkan pada saat terbang supersonik (dan  L/D yang besar pada saat terbang dengan Mach number yang tinggi).  
WEIGHT
Gravitasi  adalah gaya tarik yang menarik semua benda ke pusat bumi. Center of  gravity(CG) bisa dikatakan sebagai titik di mana semua berat pesawat  terpusat. Pesawat akan seimbang di keadaan/attitude apapun jika pesawat  terbang ditahan tepat di titik center of gravity. Center of gravity juga  adalah sesuatu yang sangat penting karena posisinya sangat berpengaruh  pada kestabilan sebuah pesawat terbang. Posisi  dari center of gravity ditentukan oleh rancangan umum dari setiap  pesawat terbang. Perancang pesawat menentukan seberapa jauh center of  pressure (CP) akan berpindah. Kemudian mereka akan menjadikan titik  center of gravity di depan center of pressure untuk kecepatan tertentu  dari pesawat untuk mendapatkan kemampuan yang cukup untuk mengembalikan  keadaan penerbangan yang equilibrium.    
Weight  mempunyai hubungan yang tetap dengan lift, dan thrust bersama drag.  Hubungannya sederhana, tapi penting untuk mengerti aerodinamika  penerbangan. Lift adalah gaya ke atas pada sayap yang beraksi tegak  lurus pada arah angin relatif (relatif wind). Lift diperlukan untuk  meniadakan berat pesawat (weight, yang disebabkan oleh gaya tarik bumi  yang beraksi pada massa pesawat). Gaya berat (weight) ini beraksi ke  bawah melalui center of gravity pesawat. Pada penerbangan yang datar dan  stabil, ketika gaya angkat sama dengan weight, maka pesawat dalam  keadaan equilibrium dan tidak mendapatkan atau mkehilangan ketinggian. Jika  lift berkurang dibandingkan dengan weight maka pesawat akan kehilangan  ketinggian. Ketika lift lebih besar dari weight maka ketinggian pesawat  akan bertambah.
LIFT
Penerbang  dapat mengendalikan lift. Jika penerbang menggerakkan roda kemudi ke  depan atau belakang, maka angle of attack akan berubah. Jika angle of  attack bertambah maka lift akan bertambah (jika faktor lain tetap  konstan). Ketika pesawat mencapai angle of attack yang maksimum, maka  lift akan hilang dengan cepat. Ini yang disebut dengan stalling angle of  attack atau burble point. Sebelum melangkah  lebih lanjut dengan lift dan bagaimana lift bisa dikendalikan, kita  harus menyelipkan tentang kecepatan. Bentuk dari sayap tidak bisa  efektif kecuali sayap terus menerus “menyerang” udara baru. Jika pesawat  harus tetap melayang, maka pesawat itu harus tetap bergerak. Lift  sebanding dengan kuadrat dari kecepatan pesawat. Sebagai contoh, jika  sebuah pesawat bergerak pada kecepatan 200 knots mempunyai lift empat  kali lipat jika pesawat tersebut terbang pada kecepatan 100 knots,  dengan syarat angle of attack dan faktor lain tetap konstan. 
Dalam  keadaan sebenarnya, pesawat tidak dapat terus menerus bergerak secara  datar di sebuah ketinggian dan menjaga angle of attack yang sama jika  kecepatan ditambah. Lift akan bertambah dan pesawat akan menanjak  sebagai hasil dari pertambahan gaya angkat. Untuk menjaga agar lift dan  weight menjadi sama, dan menjaga pesawat dalam keadaan lurus dan datar  (straight and level) dalam keadaan equilibrium maka lift harus dikurangi  pada saat kecepatannya ditambah. Normalnya hal ini dilakukan dengan  mengurangi angle of attack, yaitu menurunkan hidung pesawat. Sebaliknya,  pada waktu pesawat dilambatkan, kecepatan yang berkurang membutuhkan  pertambahan angle of attack untuk menjaga lift yang cukup untuk menahan  pesawat. Ada batasan sebanyak apa angle of attack bisa ditambah untuk  menghindari stall. 
Kesimpulannya, bahwa untuk  setiap angle of attack ada kecepatan/indicated airspeed tertentu untuk  menjaga ketinggian dalam penerbangan yang mantap/steady, tidak  berakselerasi pada saat semua faktor dalam keadaan konstan. (Ingat bahwa  ini hanya benar pada saat terbang dengan mempertahankan ketinggian  “level flight”) Karena sebuah airfoil akan selalu  stall pada angle of attack yang sama, jika berat ditambahkan maka lift  harus ditambah dan satu-satunya metode untuk melakukannya adalah dengan  menaikkan kecepatan jika angle of attack ditahan pada nilai tertentu  tepat di bawah “critical”/stalling angle of attack. 
Lift  dan drag juga berubah-ubah sesuai dengan kerapatan udara (density).  Kerapatan udara dipengaruhi oleh beberapa faktor: tekanan, suhu, dan  kelembaban. Ingat, pada ketinggian 18000 kaki, kerapatan udara hanyalah  setengah dari kerapatan udara di permukaan laut. Jadi untuk menjaga lift  di ketinggian yang lebih tinggi sebuah pesawat harus terbang dengan  kecepatan sebenarnya (true airspeed) yang lebih tinggi pada nilai angle  of attack berapa pun. Lebih jauh lagi, udara  yang lebih hangat akan kurang kerapatannya dibandingkan dengan udara  dingin, dan udara lembab akan kurang kerapatannya dibandingkan dengan  udara kering. Maka pada waktu udara panas dan lembab (humid) sebuah  pesawat harus terbang dengan true airspeed yang lebih besar dengan angle  of attack tertentu yang diberikan dibandingkan dengan terbang pada  waktu udara dingin dan kering. 
Jika  faktor kerapatan berkurang dan total lift harus sama dengan total  weight pada penerbangan tersebut, maka salah satu faktor harus  ditambahkan. Faktor yang biasanya ditambahkan adalah kecepatan atau  angle of attack, karena dua hal ini dapat dikendalikan langsung oleh  penerbang.  
Harus disadari juga bahwa lift  berubah langsung terhadap wing area/lebar sayap, asal tidak ada  perubahan pada bentuk luas sayap/planform. Jika sayap memiliki proporsi  yang sama dan bagian airfoil, sebuah sayap dengan luas 200 kaki persegi  membuat lift dua kali pada angle of attack yang sama dibandingkan dengan  sayap yang memiliki luas 100 kaki persegi. Seperti  dapat dilihat dua faktor utama dari cara pandang penerbang yang dapat  dikendalikan langsung dan akurat adalah lift dan kecepatan.    
Tentu  penerbang juga dapat mengatur kerapatan udara dengan mengubah  ketinggian terbang dan dapat mengendalikan luas sayap jika pesawat  memiliki flaps dengan tipe yang dapat memperluas sayap. Tapi pada  situasi umumnya, penerbang hanya mengendalikan lift dan kecepatan untuk  menggerakkan pesawat. Cntohnya pada penerbangan straight & level,  menjelajah pada ketinggian yang tetap, ketinggian dijaga dengan mengatur  lift untuk mencocokkannya dengan kecepatan pesawat atau kecepatan  jelajah, ketika menjaga keadaan equilibrium sewaktu lift sama dengan  weight. Pada waktu melakukan approach untuk mendarat dan penerbang ingin  mendapatkan kecepatan yang selambat mungkin, maka perlu untuk  menambahkan lift ke maksimum untuk menjaga lift sama dengan weight dari  pesawat tersebut.  




